kata banyak orang sih hari ini hari Valentine, kata mereka yang merayakannya, hari valentine disebut "Hari Kasih Sayang", sebenernya ada ga sih yang namanya hari kasih sayang didalam islam?
silahkan dibaca ya sahabat fosti, beberapa cerita mengenai hari valentine yang berhasil dihimpung dari berbagai sumber oleh FOSTI KL, please enjoy :D
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine. Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
silahkan dibaca ya sahabat fosti, beberapa cerita mengenai hari valentine yang berhasil dihimpung dari berbagai sumber oleh FOSTI KL, please enjoy :D
Banyak kalangan pasti sudah mengenal hari valentine. Hari tersebut dirayakan sebagai suatu perwujudan cinta kasih seseorang. Perwujudan yang bukan hanya untuk sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Namun, hari tersebut memiliki makna yang lebih luas lagi. Di antaranya kasih sayang antara sesama, pasangan suami-istri, orang tua-anak, kakak-adik dan lainnya. Sehingga valentine’s day biasa disebut pula dengan hari kasih sayang.
Sejarah Valentine
Sesungguhnya, belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku ‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara detil. Inilah salinannya:
Ada banyak versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat kalau kita menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno, sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing. Di zaman Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing kepada sang dewa.
Setelah itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma kala itu.
Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta (Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak. Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya. Keesokan harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka mereka akan bertambah cantik dan subur.
Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala) ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada tanggal 14 Februari.
Tentang siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka, para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap. Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
Tradisi Kirim Kartu
Selain itu, tradisi mengirim kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan Santo Valentine. Pada tahun 1415 M, ketika Duke of Orleans dipenjara di Tower of London, pada perayaan hari gereja mengenang St. Valentine tanggal 14 Februari, ia mengirim puisi kepada isterinya di Perancis.
Lantas, bagaimana dengan ucapan “Be My Valentine?” yang sampai sekarang masih saja terdapat di banyak kartu ucapan atau dinyatakan langsung oleh pasangannya masing-masing? Ken Sweiger mengatakan kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang mempunyai persamaan dengan arti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini sebenarnya pada zaman Romawi Kuno ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi.
Disadari atau tidak, demikian Sweiger, jika seseorang meminta orang lain atau pasangannya menjadi “To be my Valentine?”, maka dengan hal itu sesungguhnya kita telah terang-terangan melakukan suatu perbuatan yang dimurkai Tuhan, istilah Sweiger, karena meminta seseorang menjadi “Sang Maha Kuasa” dan hal itu sama saja dengan upaya menghidupkan kembali budaya pemujaan kepada berhala.
Adapun Cupid (berarti: the desire), si bayi atau lelaki rupawan setengah telanjang yang bersayap dengan panah adalah putra Nimrod “the hunter” dewa Matahari. Disebut tuhan Cinta, karena ia begitu rupawan sehingga diburu banyak perempuan bahkan dikisahkan bahwa ibu kandungnya sendiri pun tertarik sehingga melakukan incest dengan anak kandungnya itu! Jelas sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969. Beberapa kelompok gereja Katolik masih menyelenggarakan peringatan ini tiap tahunnya.
Dari
penjelasan di atas dapat kita tarik kesimpulan:
- Valentine’s Day berasal dari upacara keagamaan Romawi Kuno yang
penuh dengan paganisme dan kesyirikan.
- Upacara Romawi Kuno di atas akhirnya dirubah menjadi hari perayaan
gereja dengan nama Saint Valentine’s Day atas inisiatif Paus Gelasius I.
Jadi acara valentine menjadi ritual agama Nashrani yang dirubah
peringatannya menjadi tanggal 14 Februari, bertepatan dengan matinya St.
Valentine.
- Hari valentine juga adalah hari penghormatan kepada tokoh nashrani
yang dianggap sebagai pejuang dan pembela cinta.
- Pada perkembangannya di zaman modern saat ini, perayaan valentine
disamarkan dengan dihiasi nama “hari kasih sayang”.
Sungguh
ironis memang kondisi umat Islam saat ini. Sebagian orang mungkin sudah
mengetahui kenyataan sejarah di atas. Seolah-olah mereka menutup mata dan
menyatakan boleh-boleh saja merayakan hari valentine yang cikal bakal
sebenarnya adalah ritual paganisme. Sudah sepatutnya kaum muslimin berpikir,
tidak sepantasnya mereka merayakan hari tersebut setelah jelas-jelas nyata
bahwa ritual valentine adalah ritual non muslim bahkan bermula dari ritual
paganisme.
Merayakan Valentine Berarti
Meniru-niru Orang Kafir
Agama
Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak
mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103)
Dalam hadits
lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang
kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka
dia termasuk bagian dari mereka.” (HR.. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih
sebagaiman dalam Irwa’ul
Gholil no. 1269).
Telah jelas
di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi
ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala
sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang
yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi
renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala
berfirman,
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan
perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Jadi,
merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut
bukanlah hari raya umat Islam.
Mengagungkan Sang Pejuang
Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang
mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas
bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata,
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang
tersebut menjawab,
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi
hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi
yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata,
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan
orang yang engkau cintai.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Dalam
riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas
mengatakan,
“Kami tidaklah pernah merasa gembira
sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau
cintai).”
Anas pun
mengatakan,
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan
mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti
amalan mereka.”
Bandingkan,
bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang
dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan
para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan
orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih,
dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang
jelas-jelas kafir?
Siapa yang
mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga
menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Ucapan Selamat Berakibat
Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine”
sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang
Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus,
tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena
itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine
(Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang
Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan
makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
“Adapun memberi ucapan selamat pada
syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan
selamat natal atau selamat hari valentine) adalah sesuatu yang diharamkan
berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin.
Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan
Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa
Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian
di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa
sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling
sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek
zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam
semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan
maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan,
berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama
remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih
sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal
mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan janganlah kamu mendekati zina;
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang
buruk.” (QS. Al
Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir
Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan
‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak
boleh, apalagi sampai melakukan zina,
jelas-jelas lebih terlarang.
Meniru Perbuatan Setan
Menjelang
hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku
keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal
sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang
lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar
berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih
senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan
ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh
seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah
mereka memperhatikan firman Allah,
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan
(hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara-saudara syaitan.” (QS. Al
Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini.
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir
(pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.”
(Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
Penutup
Itulah
sebagian kerusakan yang ada di hari valentine, mulai dari paganisme,
kesyirikan, ritual Nashrani, perzinaan dan pemborosan. Sebenarnya, cinta dan
kasih sayang yang diagung-agungkan di hari tersebut adalah sesuatu yang semu
yang akan merusak akhlak dan norma-norma agama. Perlu diketahui pula bahwa
Valentine’s Day bukan hanya diingkari oleh pemuka Islam melainkan juga oleh
agama lainnya. Sebagaimana berita yang kami peroleh dari internet bahwa hari
Valentine juga diingkari di India yang mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Alasannya, karena hari valentine dapat merusak tatanan nilai dan norma
kehidupan bermasyarakat. Kami katakan: “Hanya orang yang tertutup hatinya dan
mempertuhankan hawa nafsu saja yang enggan menerima kebenaran.”
Oleh karena
itu, kami ingatkan agar kaum muslimin tidak ikut-ikutan merayakan hari
Valentine, tidak boleh mengucapkan selamat hari Valentine, juga tidak boleh
membantu menyemarakkan acara ini dengan jual beli, mengirim kartu, mencetak,
dan mensponsori acara tersebut karena ini termasuk tolong menolong dalam dosa
dan kemaksiatan. Ingatlah, Setiap orang haruslah takut pada kemurkaan Allah
Ta’ala. Semoga tulisan ini dapat tersebar pada kaum muslimin yang lainnya yang
belum mengetahui. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita semua.
Bolehkah menyatakan
kerinduan? Perasaan kepada seseorang?
Tentu saja boleh. Tapi jika kita belum siap untuk mengikatkan diri dalam hubungan yang serius, ikatan yang bahkan oleh negara pun diakui dan dilindungi, maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa wajah, pada tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi saat menatap piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian dan tak tahan lagi hingga boleh jadi menangis.
Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang maha menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu yang lebih baik.
*Tere Liye
Tentu saja boleh. Tapi jika kita belum siap untuk mengikatkan diri dalam hubungan yang serius, ikatan yang bahkan oleh negara pun diakui dan dilindungi, maka sampaikanlah perasaan itu pada angin saat menerpa wajah, pada tetes air hujan saat menatap keluar jendela, pada butir nasi saat menatap piring, pada cicak di langit-langit kamar saat sendirian dan tak tahan lagi hingga boleh jadi menangis.
Dan jangan lupa, sampaikanlah perasaan itu pada yang maha menyayangi. Semoga semua kehormatan perasaan kita dibalas dengan sesuatu yang lebih baik.
*Tere Liye